HAMA dan PENYAKIT TANAMAN
SOLANACEAE
1.
Tanaman Tomat ( Solanum lycopersicum esculentum L)
Tanaman
tomat termasuk ke dalam family solanaceae. dalam dunia tumbuhan tomat tergolong
dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spematophyta). Bijinya tertutup oleh bakal
buah sehingga termasuk golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
(Wiryanta, 2002).
Tomat
(Solanum lycopersicum L.) mempunyai tinggi 0,5-2,5 m, bercabang
banyak, berambut, dan berbau kuat. Batang bulat, bercabang mulai dari ketiak
daun yang berada dekat dengan tanah, kulit batang berwarna hijau dan berbulu.
menebal pada buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijau keputihan (Puspita,
2008).
2. Tanaman Cabai( Capsicum
annum )
Tanaman
cabai termasuk ke dalam family solanaceae. dalam dunia tumbuhan cabai tergolong
dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spematophyta). Bijinya tertutup oleh
bakal buah sehingga termasuk golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
(Wiryanta, 2002).
Menurut
Prajnanta (2001), cabai termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri tegak
dengan batang berkayu, dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman dewasa antara
65-120 cm. lebar tajuk tanaman 50-90 cm. tanaman cabai mempunyai akar tunggang
yang terdiri dari atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder), dari
akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer
berkisar 35-50 cm, akar lateral menyebar sekitar 35-45 cm.
3. Tanaman Terung ( Solanum melongena )
Terong atau terung
ialah tumbuhan yang tergolong dalam keluarga Solanaceae dan genus Solanum. Ia merupakan tumbuhan asli India
dan Sri Lanka,
dan berhubungan erat dengan tomat
dan kentang.
Buahnya biasa digunakan sebagai sayur
untuk masakan. Nama botaninya
Solanum melongena (Astawan, 2009).
Terong ialah tumbuhan
hijau yang sering ditanam secara tahunan.
Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar,
dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm
(2-4 inci) lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga
setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm
(6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima
lobus. Benang
sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang
kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam
(Astawan, 2009).
4. Tanaman Kentang ( Solanum
tuberosum )
Kentang, komoditas yang
sudah tidak asing lagi bagi kita, baik bagi konsumen maupun para petani sebagai
produsen. Tanaman kentang yang memiliki kalori tinggi sehingga bisa menjadi
pengganti nasi ini, diusahakan sejak lama oleh para petani Indoensia khususnya
di dataran tinggi seperti Malang, Dieng, Pangalengan maupun Bukit Tinggi.
Komoditas ini tidak hanya dikonsumsi oleh rumah tangga saja melainkan oleh
industri makanan yang menggunakan bahan baku kentang atau industri makanan siap
saji baik dari dalam maupun luar negeri. Jadi, tidaklah mengherankan bila
permintaan akan komoditas ini semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan
meningkatnya trend selera masyarakat dalam diversifikasi makanan.
Potensi pengembangan
tanaman kentang di Indonesia sebenarnya sangat berpeluang apalagi ditunjang
dengan semakin membanjirnya industri makanan siap saji saat ini. Namun
demikian, seperti halnya komoditas pertanian lain, masalah klasik yang sering
kita hadapi adalah komoditas yang kita belum bisa berbicara banyak dapat
memberikan konstribusinya dalam bidang pertanian. Sebagai contoh, mayoritas
industri fast food yang ada saat ini masih mempercayakan pemilihan kentangnya
dari luar negeri. Meskipun tidak semua, namun hal ini memberikan isyarat bagi
kita bahwa komoditas kita belum memiliki keunggulan kompetitif di dalam negeri
sendiri apalagi untuk ekspor.
B.
Hama Tanaman Sayuran Family Solanaceae
Salah satu syarat agar tanaman sayuran dapat tumbuh dan berkembang sehingga
menghasilkan buah adalah tanaman harus sehat artinya tanaman harus bebeas dari
hama dan penyakit. Hama merupakan gangguan pertumbuhan sayuran yang perlu
diwaspadai. Selain itu hama juga berpotensi menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil produksi.
Hama-hama penting yang
menyerang sayuran famili Solanaceae ini cukup banyak. Diantaranya
Kumbang Daun (Epilachna spp), Kutu Daun (Aphis spp), Tungau (Tetranynichus
spp), Ulat Tanah (Agrotis ipsilon), Ulat Grayak (Spodoptera
litura), Ulat Buah (Helicoverpa armigera), Kutu kebul ( Bemisicia
tabaci ), Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks.).
Ada beberapa jenis hama yang sering menyerang dan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman hortikultura khususnya sayuran pada Family Solanaceae.
Diantaranya yaitu:
A.
Hama Penting tanaman Tomat
1.
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hubner )
a.
Sistematika
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hubner
)
Philum
: Artrhopoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Noctuidae
Genus
: Agrotis
Spesies
: Agrotis ipsilon Hubner.
b. Morfologi dan Bioekologi
Bentuk telur seperti kerucut dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5
mm. Betina dapat meletakkan telur 1.430 – 2.775 butir telur. Warna telur mula –
mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian merah disertai titi coklat
kehitam – hitaman pada puncaknya. Titik tersebut adalah kepala larva yang
sedang berkembang di dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah
menjadi gelap agak kebiru – biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.
Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira
-kira sedalam 5 – 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari
untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dalam telur berwarna
kuning kecoklat – coklatan dengan panjang tubuh berkisar 1- 2 m. Sehari
kemudian larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5
kali ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam – hitaman.
Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 – 50 mm. Bila larva diganggu
akan melingkar tubuhnya dan tidak bergerak seolah – olah mati. Stadium larva
berkisar 36 hari.
Ulat ini memiliki tubuh berwarna coklat tua dengan garis – garis coklat
pada kedua sisinya dan bagian depan tubuhnya berwarna abu – abu. Panjang tubuh
ngengat sekitar 2,2 cm. Umumnya ngengat menghindari cahaya matahari dan bersembunyi pada permukaan
bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat keabu – abuan dengan bercak –
bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna putih. Warna dasar sayap belakang
putih keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16
– 19 mm dan lebar 6 –8mm. Ngengat ini dapat hidup paling lama 20 hari. Apabila
diganggu atau disentuh ngengat menjatuhkan diri pura – pura mati. Perkembangan
dari telur hingga dewasa rata – rata 51 hari.
c. Gejala serangan
Larva aktif pada malam hari untuk mencari makanan dengan menggigit pangkal
batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Disamping
menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas juga menggigit permukaan
daun. Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda. Biasanya tanaman muda
berbatang kecil (berumur 2-5 minggu ) banyak dipotong oleh ulat tanah sehingga
kerugian produksinya dapat mencapai hingga 90%.
d. Pengendalian
a). Kultur teknis
- Pengolahan tanah yang baik
untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.
- Sanitasi dengan membersihkan
lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A. ipsilon meletakkan
telurnya.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya
dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya
dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana
heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys
braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering
menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis
sp. serta nematoda Steinernema sp
d). Pengendalian kimiawi
Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan
insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain
aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman tomat.
2.
Ulat buah tomat ( Heliothis armigera Hubner )
a. Sistematika
Ulat buah tomat (Heliothis armigera)
Philum
: Artrhopoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Noctuidae
Genus
: Heliothis
Spesies : Heliothis
armigera Hubner.
b.
Morfologi dan Bioekologi
Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu sbelum ngengat jantan. Ngengat
jantan mudah dibedakan dari ngengat jantan karena ngengat betina mempunyai pola
bercak – bercak pirang tua. Nisbah kelamin jantan betina 1 : 1. daur hidup dari
telur hingga mati berkisar antara 52 – 58 hari. Ngengat betina meletakkan
telur satu persatu pada pucuk daun, sekitar bunga dan cabang. Telur berbentuk
bulat atau berwarna putih agak kekuning – kuningan, kemudian berubah menjadi
kuning tua dan ketika akan menetas terlihat adanya bintik hitam. Stadium telur
berkisar antara 10 – 18 hari dan persentase penetasan telur 63 – 82 %.
Stadium larva antara 12-23 hari. Ketika baru keluar dari telur, larva
berwarna kuning muda dan tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar sesama larva.
Tubuhnya akan bertambah panjang jika suhu di lingkungannya rendah.
Warnanya bervariasi mulai dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau
kecoklatan, sampai warna hitam. Bagian tubuhya terdapat banyak kutil dan
dipenuhi dengan bulu. Larva terdiri dari 5 instar masing – masing berumur 2-3
hari, 2-4 hari, 2-5 hari, 2-6 hari dan 4-7 hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbantuk berwarna kuning
kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama
stadium pupa 15-21 hari.
c. Gejala Serangan
Pada daun, daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan yang berat
daun akan habis dan tanaman menjadi gundul. Kadang – kadang larva juga
menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang – cabang tomat. Pada buah,
buah cabai berlubang dan akhirnya akan membusuk bila terjadi infeksi sekunder.
Larva Heliothis armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang
sudah tua. Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Pada bunga,
bunga cabai berlubang dan pada akhirnya membusuk dan rontok.
d. Pengendaian
a. Kultur Teknis
- Dengan cara rotasi tanaman dengan tanaman lain yang tidak satu family
- Pengolahan tanah yang baik serta perlakuan panas pada tanah supaya dapat menghalangi keluarnya kupu – kupu dari kepompong yang berada dalam tanah.
b.
Pengendalian Mekanis
Dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan.
c. Pengendalian secara
kimiawi
Dengan Cara penyemprotan insektisida, seperti Diazinon dan Cymbush dan
bayrusil. Penyemprotan dengan insektisida sistemik dan racun perut dapat
mencegah serangan yang lebih luas.
3.
Lalat putih / Kutu kebul ( Bemisicia tabaci )
a. Sistematika
Lalat putih / Kutu kebul ( Bemisicia tabaci )
Philum
: Artrhopoda
Class
: Insecta
Ordo
: Homoptera
HAMA dan PENYAKIT TANAMAN
LEGUMINOCEAE
Powdery Mildew
Disebabkan oleh oidium
spp. dan erishype spp. Gejala Serangan pada daun gejala yang tampak adalah pada
per, ukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas kemudian berwarna
coklat dan selanjutnya daun gugur. Serangan pada buah mula-mula berwarna putih
dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut
sehingga menyebabkan buah cacat dan bagian yang diserang pada tanaman anggur
adalah bagian pucuk, bunga dan buah muda bahkan dapat merusak ranting sehingga
jadi kerdil dan rusak. Pengandalian dapat dilakukan dengan cara melakukan
pemangkasan atau menguragi kerimbunan sehingga tingkat kelembapan tanaman
menurun akibatnya perkambangan jamur sedikit terhambat.
Kapri
a. Penyakit lapuk tepung
Disebabkan oleh jamur Erysiphe pisi DC. Gejala penyakit ini yaitu
muncul bercak-bercak yang dilapisi oleh lapisan tipis bertepung pada permukaan
daun, batang, polong dan daun penumpu. Pada infeksi fase yang lebih lanjut
cendawan berubah warna menjadi coklat. Serangan penyakit lapuk tepung dapat menyebabkan
daun menguning dan gugur.
b. Busuk bunga dan polong
Disebabkan oleh
cendawan Choanephora cucurbitarum Berk et. Rav. Gejala terjadi busuk
bunga kuncup (blossom rot), mahkota bunga yang mekar diliputi oleh jamur
berwarna hitam dan mengilap seperti logam dan calon buah rontok. Proses
pembusukan buah sangat cepat berlangsung antara 1-2 hari.
c. Antraknose
Disebabkan oleh jamur Colletotrichum lindemuthianum Sass. &
Magn. Gejala terjadiserangan pada polong, kotiledon, dan batang yang terdapat
luka yang berwarna hitam bergaris tengah 1 cm yang ditutupi oleh masa spora
yang berwarna salem. Serangan pada daun menyebabkan vena permukaan bawah daun
berubah warna dari hijau ke hitam.
7.
Kacang panjang
a.
Penyakit Antraknose
Disebabkan oleh jamur Colletotricum lindemuthianum
Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah,
semacam kankerberwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian:
dengan rotasitanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan
POC NASA danmembuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.
b.
Penyakit Bercak Daun Cescospora sp.
Penyakit ini menimbulkan gejala dengan bercak kuning bulat di
bagian daun. Biasanya ada beberapa bercak dalam satu daun. Sama halnya dengan
penyakit karat daun, untuk penyakit bercak daun pencegahannya dengan melakukan
sanitasi lingkungan dan kontrol saluran drainase. Bagi tanaman yang telah
terserang, segera semprotkan fungisida yang efektif dan tepat untuk penyakit
ini. Fungisida yang bisa digunakan adalah Score 250 EC dan Anvil 50 SC. Dosis
yang digunakan sesuai anjuran yang tertera di labelnya.
8.
Kacang tanah
a.
Bercak Daun
Disebabkan oleh Cercospora personata dan Cercospora
arachidicola. C.arachidicola membentuk konidia
pada kedua sisi daun meskipun lebih banyak pada sisi atas. Konidifor membentuk
rumpun kecil, berwarna coklat kehijauan pucat atau coklat kekuningan. Konidia
hampir jernih atau agak coklat kehijauan.
Biasanya penyakit yang disebabkan C.personata menimbulkan gejala
yang lebih lambat, disebut late leaf spot. Cendawan membentuk
bercak-bercak yang umumnya bulat. Bercak mempunyai halo kuning. Penyakit bercak
daun dipengaruhi oleh kelembaban. Dalam cuaca kering penyakit Pada suhu yang
lebih rendah diperlukan waktu yang lebih panjang.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara pergiliran tanaman lain
selain kacang tanah, menghilangkan gulma di sekitar tanaman untuk mengurangi
kelembaban udara, jarak tanam diusahakan agak longgar/renggang, 40-50 cm,
fungisida yang mengandung tembaga, misalnya bubur Bordeaux 1% atau Perenox
(kuprooksida) 0,5% yang disemprotkan 2 minggu sekali.
b.
Penyakit Karat.
Disebabkan cendawan Puccinia arachidis Speg. Dengan gejala pada
daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Sehingga fotosintesis
terganggu akibatnya proses perombakan energy dan aktifitas kimia terhambat.
Pengendaliandapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang resisten, tanaman
yang terserang dicabut dan dibakar.
9.
Cabe
a.
Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai
Penyebab dari penyakit ini adalah adannya cendawan Colletotrichum
capsici. Cendawan ini menyerang bagian buah tanaman cabai. Gejala awal yang
dapat dikenali dari serangan penyakit tanaman cabai ini adalah adanya bercak
yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. Dalam waktu yang tidak lama
maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Belum ada cara
untuk mengembalikan buah yang terkena cendawan in 100%.
b.
Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.
Cendawan tersebut merusak tanaman karena menghasilkan senyawa toksin yang
disebut asam fusarat. ada unsur beracun yang dikeluarkan oleh cendawan/jamur
tersebut berupa,”zat asam”,oleh karena itu, pemberian pupuk kimia yang
cenderung bersifat asam,justru akan meningkatkan terjadinya populasi tanaman
yang layu. Pengandalian dapat dilakukan dengan rotasi tanam maupun
mengunakan varietas tahan.
10. Kacang
Polong
a.
Layu Fusarium
Disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Cendawan
tersebut merusak tanaman karena menghasilkan senyawa toksin yang disebut asam
fusarat. ada unsur beracun yang dikeluarkan oleh cendawan/jamur tersebut.
Gejala yang ditimbulkan yaitu pada kulit akar yaitu akar menjadi basah dan
busuk, kemudian tanaman menjadi layu seakan-akan kekurangan air, sehingga
kekuatan tumbuhnya berkurang dan pada akhirnya rebah dan mati.
Pengendalian hanya dapat dilakukan dengan sanitasi, yaitu lahan
yang akan ditanami harus dibersihkan dan sisa-sisa tanaman (batang, cabang
akar, dll), yang sudah terserang, membongkar pohon yang sakit lalu bakar agar
tidak menular,bekas lobang pembakaran dibiarkan terbuka dan taburi dengan
tepung belerang.
b.. Antraknosa
Penyebab penyakit
ini adalah jamur Colletotrichum lindemuthianum. Gejala awal umumnya pada
batang terdapat bercak-bercak jingga atau coklat kemerahan yang memanjang
sepanjang sumbu batang hingga melekuk, daun kurang menyolok, tulang-tulang daun
pada sisi bawah daun berubah warnanya dan dapat berwarna coklat kemerahan
sampai hitam, terjadi bercak-bercak kecil yang dalam waktu pendek dapat meluas
sehingga mempunyai garis tengah 1 cm. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan
menanam benih sehat, dan sanitasi lingkungan.
HAMA dan PENYAKIT
TANAMAN LILIACEAE
Hama dan Penyakit
Ulat bawang/ulat grayak
(Spodoptera exiqua Hbn.).
Pengendalian: cara
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae atau dengan perangkap
ngengat.
Ulat tanah (Agrotis
ypsilon Hufn.)
Pengendalian mekanis:
mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran
tanamandengan tanaman bukan Liliaceae.
Thrips/kutu
loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.).
Pengendalian:
pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasangperangkap
serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP.
Bercak ungu (Alternaria
porri (Ell.) Cif.).
Pengendalian: cara
perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan
menggunakan bibit sehat.
Busuk daun/embun tepung
(Peronospora destructor (Berk.) Casp).
Pengendalian:
menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan
Liliaceae.
Busuk leher batang
(Bortrytis allii Munn.).
Gejala: leher batang
menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan
busuk.Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan benih/bibit
sehat, meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman.
Antraknose
(Collectotrichum gleosporiodes Penz.).
Gejala: daun bawah
rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak. Pengendalian:
menggunakan bibit/benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman dengan
tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanamanyang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar